LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI
“PEWARNAAN BAKTERI”
NAMA :
KISRA YOLANDA MAYASARI
NPM : F0I020006
KELAS : 1B
NAMA DOSEN :
SUCI RAHMAWATI, M.Farm, Apt
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun
tujuan dilaksanakan pratikum ini, yaitu:
1.
Mengidentifikasi morfologi
pada jamur.
2.
Untuk
mengetahui pewarnaan jamur baik melalui sampel air ataupun sayur.
3.
Untuk mengetahui
macam-macam teknik pewarnaan jamur.
LANDASAN TEORI
Fungi
atau jamur merupakan salah satu jenis mikroba yang memiliki habitat ditempat
yang lembab. Fungi memiliki dinding sel yang tersusun atas kitin. Proses
reproduksi yang dimiliki oleh fungi dapat terjadi seksual dan aseksual. Fungi
memiliki badan berfilamen pada fase pertumbuhannya yang biasanya dikenal
sebagai hifa. (Gillen, 2007)
Jamur
atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotroph. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara
vegetative ada juga dengan cara generative. (Buchanan, 2003)
Jamur
pada umumnya adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, tidak
berkhlorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringan. Ada pula yang
hanya terdiri dari satu sel. Struktur
jamur. Walaupun jamur dapat dilihat, namun masing-masing sel adalah
mikroskopik. Jamur tersusun atas benang-benang sel yang disebut hifa. Jika
jamur tumbuh, hifa saling membelit untuk membentuk massa benang yang disebut
miselium yang cukup besar untuk dilihat dengan mata (Lim, 2006).
Secara
umum terdapat dua jenis pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana dan
pewarnaandiferensial yang sering digunakan untuk mengobservasi mikroorganisme. Pewarnaansederhana menggunakan satu jenis pewarna dan akan menunjukkan bentuk sel dansusunannya. Sebagai contoh, kristal violet, methlene blue, safranin dan carbolfuchsinsering
digunakan untuk pewarnaan sederhana. pewarnaan diferensial menggunakan duaatau
lebih pewarna dan dapat digunakan untuk membedakan dua jenis organisme berbeda
atau dua bagian dalam satu organisme (Sumbali, 2009)
Pewarnaan
sederhana, pewarnaan sederhana menggunakan air atau larutan alkohol sebagai
pewarna dasarnya pada konsentrasi rendah (1-2%). Pewarna diterapkan pada
preparat dalam beberapa lama mulai dari beberapa detik hingga beberapa menit
kemudian dibilas. Kadang-kadang substansi kemikal ditambahkan kedalam larutan
agar pewarnaan lebih jelas. Seperti tambahan mordant.
Sebelum pemeriksaan mikroskopik, preparatdibilas kembali untuk menghilangkan mordan kemudian dikeringkan dengan carameletakkan kertas hisap di
atasnya. Pewarnaan sederhana mudah
dilakukan dan dapatmemberi warna pada seluruh mikroorganisme,
bentuknya, ukuran, maupun susunannyasehingga dapat terlihat dengan jelas.
Pewarnaan sederhana juga dapat digunakan untukmembedakan sel bakterial dengan
benda mati dan untuk menunjukkan kehadiran sporabakteri lain. (Sumbali, 2009)
Pewarnaan
negatif atau tidak langsung teknik pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan
dengan mikroskop cahaya. Bakteriakan bercampur dengan pewarna asam seperti
nigrosin atau Congo merah. Campuran iniakan menyebar ke dalam preparat. Pewarna
asam memiliki muatan kromofor negatif yangakan menjadikan mikroorganisme
negatif bergabung dengan warna dasar. (Sumbali, 2009)
Pewarnaan
negatif , teknik pewarnaan ini digunakan untuk
mengobservasi kapsul, gelatin pada virulen selbakterial.
Pewarnaan kapsul sulit dilakukan, karena unsur-unsur
pokoknya larut dalam air dan dapat luntur ketika dibilas. Untuk mengetahui adanya kapsul, bakteri dicampur dengan
pewarna asa, seperti nigrosin, dan disebarkan pada kaca benda. Setelah
diangin-anginkan, bakteri akan tampak
transparan dan warna biru gelap
mengelilingi kapsul. Kapsul tidak dapat diwarnai dengan
pewarna biologic seperti safranin. (Sumbali, 2009)
Secara
garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Pewarnaan
sederhana
Pewarnaan
sederhana ini merupakan pewarnaan yang paling sering digunakan untuk mengetahui
warna bakteri. Berbagai macam tipe morfologi bakteri dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarnaan yang sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya
dengan menggunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri akan mudah
bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana. Ini disebabkan karena sitoplasmanya
bersifat basofilik atau suka akan basa. Sedangkan zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana, biasanya memiliki sifat alkalin atau komponen
kromoforiknya bermuatan positif.
Menurut
(Dwidjoseputro, 1994) Pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis
pewarnaan, antara lain:
·
. Pewarnaan
Asam
Pewarnaan
asam ini merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan
tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam
pewarnaan positif ini adalah metilen biru dan air fuchsin (Dwidjoseputro,
1994).
·
Pewarnaan
Basa
Pewarnaan
basa atau pewarnaan negatif adalah metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri
namun mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini
mikroorganisme akan kelihatan transparan. Teknik pewarnaan basa ini memiliki
kegunaan untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Di dalam melakukan metode
pewarnaan ini menggunakan tinta cina (Dwidjoseputro, 1994).
b. Pewarnaan
Differensial
Dibagi
Pewarnaan Gram Dan Pewarnaan Tahan Asam. Pewarnaan differensial merupakan
pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan
gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:
·
Pewarnaan
Gram
Pewarnaan
Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok
besar, yakni gram positif dan gram negatif, pengelompokkan ini didasarkan pada
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode pewarnaan ini diberi nama
berdasarkan penemunya, Denmark Hans Christian Gram (1853–1938). Dia yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
·
Pewarnaan
Tahan Asam
Pewarnaan
ini merupakan pewarnaan yang ditujukan untuk bakteri yang mengandung lemak
dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkannya sukar menyerap zat warna.Teknik
pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab
tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. Cara Ziehl-Neelsen adalah cara pewarnaan
tahan asam paling banyak digunakan. (Anonymous,2009)
c. Pewarnaan
Spora
Spora
bakteri atau endospora tidak dapat diwarnai dengan teknik pewarnaan biasa,
diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein merupakan pewarnaan spora
yang paling banyak dan sering digunakan. Endospora sulit diwarnai dengan metode
Gram. Untuk pewarnaan endspora, perlu dilakukan pemanasan agar cat malachite
hijau bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada
pewarnaan Basil Tahan Asam dimana
cat carbol fuschsin harus dipanaskan
untuk bisa menembus lapisan lilin asam mycolic dari
Mycobacterium .
d. Pewarnaan
Flagel
Pewarnaan
flagel ini merupakan pewarnaan dengan memberi suspense koloid garam asam tanat
yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan
flagel.
e. Pewarnaan
Kapsul
Pewarnaan
ini merupakan pewarnaan menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan
tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul,
karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga
bisa memberi warna pada latar belakang, yakni berwana biru gelap.
Pewarnaan
untuk melihat komponen lain dan bakteri:
1. Pewarnaan
Neisser (granula volutin),
2. Pewarnaan
yodium (granula glikogen).
3. Pewarnaan
negatif
Metode
ini bukanlah untuk mewarnai bakteri, namun untuk mewarnai latar belakang
bakteri tersebut menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme akan
terlihat transparan (tembus pandang). Teknik ini pewarnaan ini sangat berguna
untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak
mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka
terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel
dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau
sering disebut juga dengan tinta cina. Pewarnaan negatif ini dalam prosesnya
memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin. Karena negative charge
pada permukaan bakteri, Pewarna asam tidak akan menembus atau berpenetrasi ke
dalam sel.
ALAT DAN BAHAN
·
ALAT
1.
Mikroskop
2.
Object glass
3.
Cover glass
4.
Pembakaran Bunsen
5.
Pipet tetes
6.
Jarum ose
7.
Cawan petri
·
BAHAN
1.
Jamur dari sampel air
2.
Jamur dari sampel sayur
3.
Methyline blue
4.
Gentian violet
5.
Alkohol 96 %
PROSEDUR KERJA
Ø Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel air
menggunakan methylene blue:
1.Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai
lingkaran jarum ose bewarna merah.
2. tunggu
sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan
batang ose lalu di letakkan di atas objek glass.
3. setelah itu tetesi dengan methylene blue
sebanyak 1-2 tetes.
4. Tutup
dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop.
Ø Prosedur kerja
pewarnaan jamur dengan sampel air menggunakan gentian violet:
1.
Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna
merah
2.
tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja
menggunakan batang ose lalu di letakkan di atas objek glass.
3.setelah
itu tetesi dengan gentian violet sebanyak 1-2 tetes
4.Tutup dengan
cover glass lalu amati di bawah mikroskop
Ø Prosedur kerja
pewarnaan jamur dengan sampel jamur menggunakan methylene blue:
1.
Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran
jarum ose bewarna merah.
2.
tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan
petri.buka sedikit saja menggunakan batang ose lalu di letakkan di atas objek
glass.
3.
setelah itu tetesi
dengan methylene blue sebanyak 1-2 tetes.
4.
Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop.
Ø Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel sayur
menggunakan methylene blue:
1.
Bakar batang ose
di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah.
2.
tunggu sebentar
lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan batang ose
lalu di letakkan di atas objek glass.
3.
setelah itu
tetesi dengan methylene blue sebanyak 1-2 tetes.
4.
Tutup dengan
cover glass lalu amati di bawah mikroskop
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ø
HASIL
NO |
GAMBAR |
KETERANGAN |
1 |
|
Pewarnaan Jamur
Dengan Sampel Air Menggunakan Methylene Blue |
2 |
|
Pewarnaan Jamur
Dengan Sampel Air Menggunakan gentian violet |
3 |
|
Pewarnaan Jamur
Dengan Sampel Sayur Menggunakan Methylene Blue |
4 |
|
Pewarnaan Jamur
Dengan Sampel Sayur Menggunakan gentian violet |
Ø
PEMBAHASAN
Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi
tidak memiliki klorofil. Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur ( fungi )
dikelompokkan sendiri terlepas dari kelompok plantae ( tumbuhan ) karena jamur
tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa
Jamur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi,
badan hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh
dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini di Indonesia
diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah tersebut
dalam kehidupan memiliki peran masing – masing dihabitatnya baik yang berkaitan
langsung maupun tidak langsung bagi manusia
Ciri – ciri jamur, organisme yang termasuk dalam kelompok
jamur, anggotanya mempunyai cirri – cirri umum yaitu uniseluler atau bersel
satu atau multi seluler ( benang – benang halus ), tubuhnya tersusun atas hifa
( jalinan benang – benang halus ), eukariotik( mempunyai membrane inti ), tidak
mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit
dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan
tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein, pencernannya berlangsung secara
ekstraseluler, dimana makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu
oleh enzim ekstraseluler yang dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan
yang bersifat haploid lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan
secara aseksual dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual
dengan cara memutuskan benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan
konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina
sehingga dihasilkan spora askus atau
basidium
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai
cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang – cabang yang disebut
hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang
merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir
merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen. Fungi merupakan organisme
menyerupai tanaman , tetapi mempunyai beberapa perbedaan yaitu :
1. Tidak
mempunyai kolorofil
2. Mempunyai
dinding sel dengan komposisi berbeda
3. Berkembang
biak dengan spora
4. Tidak
mempunyai batang , cabang, akas dan daun
5. Tidak
mempunyai system vesicular seperti pada tanaman
6. Bersifat
multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing - masing bagian seperti pada tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ø
KESIMPULAN
Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor
antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan
penggunaan zat warna penutup. Perbedaan pada garam negatif dan gram positif
terletak pada warnanya pada gram positif berwarna ungu kareana dapat
mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding
selnya. Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan
differensial, pewarnaan spora dan perwarnaan kapsul.
Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan
perwarnaan antara lain : alkohol, carbol fuchsin, crystal violet, nigrosin,
malachite green, lugol’s iodida, dan safranin.
Ø
SARAN
Saran yang penulis berikan adalah harapannya kepada
setiap praktikan untuk lebih berhati-hati dalam pemhambilan sampel jamur selain
itu pada pembuatan video edukasi dan informasi untuk lebih diperbaiki dalam
sediaam sampel karena penulis kurang mendapatkan informasi mengenai apa yang
disampaikan tentang bakteri apa yang telah dilakukan pewarnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta :
Rajawali
Simarmata, Diana. 2013. Laporan Pewarnaan Gram dan
Pewarnaan.
Sutedjo,M,M. , Kartasapoetra, A, G. ,Sastroatmodjo,
S.Mikrobiologi Tanah,1996. PT. Rhineka Cipta,Jakarta
Gillen,
2007.Dasar – Dasar Mikrobiologi.Jakarta : Djambatan.
Buchanan,
2003.http://H:/MAKALAH IAD.Com.Fungi ( Jamur ). Diakses tanggal
3 April Pukul 04:26 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar