Selasa, 08 Juni 2021

UJI GUGUS FENOL PADA METAMPIRON

  LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

UJI GUGUS FENOL PADA METAMPIRON

DISUSUN OLEH :
NAMA :KISRA YOLANDA MAYASARI
NPM: F0I020006
TINGKAT : 1B
NAMA DOSEN: Apt. SUCI RAHMAWATI, M.Farm
 
LABORATORIUM KIMIA PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
 
 
A.    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1)      Untuk mengetahui sifat fenol pada metamporin
2)      Perbedaan gugus fenol bervalensi tunggal dan bervalensi banyak
 
 
B.     Landasan Teori
  Fenol merupakan suatu komponen kimia tumbuhan memiliki manfaat yang sangat banyak bagi tumbuhan atau manusia. Senyawa fenol memiliki ciri suatu cincin aromatik dan adanya suatu senyawa penyulih hidroksill senyawa fenol cenderung larut dalam air karena senyawa ini cenderung berikatan dengan gula. Senyawa fenol mencangkup beberapa senyawa bahan alam mulai dari plavinoid ,phenil propanoid ,kuinin phenolik,ligin melanin dan tanin merupakan golongan senyawa fenol (Flach 1996).
Kimiawi fenol telah diketahui lama sebelum pengetahuan kimia organik, sehingga banyak fenol mempunyai nama-nama umum. Metilfenol misalnya, dikenal sebagai kresol (berasal dari kreasot, tar dari batu bara atau kayu yang mengandung zat ini).  Berlawanan dengan alkohol, fenol-fenol memiliki sifat lebih asam dibandingkan alkohol dan air, karena ion fenoksida dimantapkan oleh resonansi. Muatan negatif pada hidroksida atau alkoksida tetap tinggal pada atom hidrogen sedangkan pada ion fenoksida muatan ini dapat didelokasikan pada posisi-posisi orto dan pada pada cincin benzena melalui resonansi (Suminar, 1992). Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 mL. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air(Wage, 1995).
Metampiron adalah turunan pirazolon yang berkhasiat sebagai obat antipiretik-analgesik atau biasa disebut sebagai senyawa analgetika non narkotik yang berkerja sebagai analgetika dan antiinflamasi. Merupakan natrium sulfonat dari aminopirin (Hasibuan, 2009).
Metampiron (C13H16N3NaO4S.H2O) memiliki bobot molekul 351,4. Titik lebur metampiron 1720C. Larut dalam 1,5 bagian air, 30 bagian etanol, praktis tidak larut dalam eter, aseton, benzen dan kloroform. Metampiron memiliki panjang gelombang serapan maksimum yang berbeda pada pelarut yang berlainan. Metampiron dan fenilbutason memiliki kemiripan pada struktur molekulnya dan merupakan kombinasi obat analgetik, antipiretik yang masih ditemukan dipasaran. Telah diketahui bahwa campuran metampiron dan fenilbutason, mampu membentuk interaksi molecular berupa senyawa molekular yang melebur in-kongruen (peritektik) jika diberi perlakuan berupa energy termik. Titik peritektiknya terletak pada suhu 149,80C (Soewandhi, 2007).
Obat yang sering digunakan untuk menghilangkan radang dan rasa nyeri adalah obat-obatan analgetika atau Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS). Meskipun berkhasiat menghilangkan radang dan nyeri, obat ini tak boleh digunakan sembarangan karena jika digunakan bertahun-tahun dengan dosis tinggi, bisa menimbulkan adiksi, pengeroposan tulang, dan tulang rawan (Harwati, 2009).
 
C.    Alat dan Bahan
-          Alat
1)      Tabung Reaksi
2)      Rak Tabung Reaksi
3)      Penjepit Tabung Reaksi
4)      Pipet Tetes
5)      Lumpang dan Alu
6)      Beaker Glass
7)      Hot Plate
8)      Sudip
 
 
 
 
-          Bahan
1)      Metamporin
2)      Formalin
3)      Diazol B
4)      HCL 0,1 N
5)      Fehling A
6)      Fehling B
7)      NaHCO3
8)      NaOH
9)      H2SO4
10)   FeCL3
11)  Aquadest
 
D.    Prosedur Kerja
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Gerus metampiron dalam lumpang hingga halus
3.      Tambahkan ke dalam beaker glas kemudian masukkan aquadest sebanyak 3 ml, kemudian aduk hingga larut.
4.      Kemudian masukkan sampel ke dalam masing-masing tabung reaksi.
·          Reaksi umum
-  Uji reaksi marquis
1)      Masukkan 3 tetes larutan formalin ke dalam 3 ml sampel metampiron.
2)       Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes, kemudian amati perubahan yang terjadi.
-  Uji reaksi Diazo
1)      Ambil sampel larutan metampiron sebanyak 3 tetes. Tambahkan NaOH 3 tetes lalu tambahkan HCl sebanyak 3 tetes, dan tambahkan diazol B sebanyak 3 tetes.
2)      Kemudian panaskan di atas hotplate, kemudian amati perubahan warna yang terjadi.
·           Reaksi Pembeda Fenol bervalensi tunggal dan fenol bervalensi banyak
-          Uji reaksi Fehling A dan Fehling B
1)      Ambil sampel larutan metampiron sebanyak 3 ml
2)      Kemudian tambahkan larutan fehling A sebanyak 3 tetes.
3)      Kemudian ambil lagi sampel larutan metampiron sebanyak 3 ml, kemudian tambahkan fehling B.
4)      Kemudian tutup tabung reaksi menggunakan kapas lalu panaskan di atas hotplate.
5)      Amati perubahan dan catat hasilnya
-          Reaksi Landwehr
1)      Tambahkan FeCl3 sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan sampel paracetamol.
2)      Lalu tambahkan NaHCO3 sebanyak 3 tetes, dan amati perubahan yang terjadi.
 
E.     Hasil dan Pembahasan
-          Hasil
1)      Hasil Reaksi Umum

NO

PERLAKUAN

HASIL

1

Reaksi Marquiz

( Sampel + formalin + H2SO4 pekat)

Tidak terdapat cincin warna, menghasilkan perubahan menjadi warna kuning pucat dan ada endapan

2

Reaksi Diazo

(Sampel + NaOH + HCl + Diazol B + dengan pemanasan)

Warna dari putih pekat setelah dipanaskan menjadi pputih keruh, menghasilkan endapan putih

 
2)      Hasil pembeda fenol bervalensi tunggal dan fenol bervalensi banyak

NO

PERLAKUAN

HASIL

1

Reaksi Fehling A

( Sampel + fehling A+ pemanasan)

Warna menjadi kuning kebiruan setelah dipanaskan menjadi kuning.

 

Menghasilkan endapan berwarna biru.

2

Reaksi Fehling B

(Sampel + Fehling B + pemanasan

Warna dari putih setelah dipanaskan menjadi putih keruh, dan menghasilkan endapan kuning.

3

Reaksi Landwehr

(Sampel + FeCl3 + NaHNO3)

Warna berubah menjadi kuning keruh, tidak ada endapan

 
 
-          Pembahasan
  Fenol merupakan suatu komponen kimia tumbuhan memiliki manfaat yang sangat banyak bagi tumbuhan atau manusia. Senyawa fenol memiliki ciri suatu cincin aromatik dan adanya suatu senyawa penyulih hidroksill senyawa fenol cenderung larut dalam air karena senyawa ini cenderung berikatan dengan gula.
Fenol merupakan senyawa yang dianggap berasal dari benzena dengan suatu gugus –OH yang terikat pada cincin aromatik. Rumus kimianya adalah C6H5OH. Fenol bersifat stabil dan ramah terhadap lingkungan, bersifat asam, mampu bereaksi dengan NaOH (basa), membentuk Na.Fenolat (garam), tidak bereaksi dengan asam (RCOOH), tetapi bereaksi dengan alkil halida (RCOX) untuk membentuk ester. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 mL.
Pada praktikum ini dilakukan uji gugus fenol pada metampiron. Dengan cara dilakukan oleh 4 uji yaitu: uji marquis, uji diazo, uji fehling A dan fehling B, dan uji Landwehr. Dengan uji marquis didapatkan hasil dari percobaan Tidak terdapat cincin warna, menghasilkan perubahan menjadi warna kuning pucat dan ada endapan. Yang mana seharusnya terbentuk cincin warna sebagai indicator adanya gugus fenol paada senyawa tersebut. Hal ini dapat dikarena banyak factor baik internal maupun eksternal. Utuk uji diazo didapatkan hasil berupa Warna dari putih pekat setelah dipanaskan menjadi pputih keruh, menghasilkan endapan putih.
Senyawa fenol mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan kita sehari-hari yaitu sebagai antiseptik dan desinfektan yang efektif. Fenol digolongkan menjadi dua yaitu:
1)      Fenol bervalensi tunggal, yaitu senyawa fenol yang hanya memiliki satu gugus hidroksil (-OH). Contoh : fenol, naftol.
2)        Fenol bervalensi banyak, yaitu senyawa fenol yang memiliki lebih dari satu gugus hidroksil(-OH). Contoh : resorcin, tanin, pirogalol
 
Untuk selanjutnya yaitu uji reaksi pembeda fenol bervalensi tunggal dan fenol bervalensi banyal. Yang mana dilakukan dengan uji reaksi fehling A dan fehling B, dan uji reaksi landwerh. Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa hasil dari uji reaksi fehling A dan fehling B yaitu terjadi perubahan warna. Dengan fehling A berubah menjadi kuning kehijauan pekat dan dengan fehling B menjadi kuning bening. Reaksi diberikan oleh fenol bervalensi banyak karena mempunyai daya mereduksi.
Untuk uji reaksi landwehr didapatkan hasil berupa kuning keruh pucat. Dimana Larutan sampel + FeCl3 dihasilkan warna-warna. Untuk golongan fenol bervalensi banyak jika ditambahkan NaHCO3 5% (r.p) warna yang terbentuk adalah adanya perubahan warna.
 
 
 
 
F.     Kesimpulan dan Saran
-          Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat disimpulkan :
1)      Reaksi umum untuk uji fenol didaptkan hasil pada uji marquis yaitu Tidak terdapat cincin warna, menghasilkan perubahan menjadi warna kuning pucat dan ada endapan dan pada reaksi diazo didapatkan hasil berupa Warna dari putih pekat setelah dipanaskan menjadi pputih keruh, menghasilkan endapan putih.
2)      Untuk reaksi pembeda fenol bervalensi tunggal dan bervalensi banyak dengan uji fehling a dan fehling b didapatkan perubahan warna menjadi kuning kebiruan setelah dipanaskan menjadi kuning dan putih setelah dipanaskan menjadi putih keruh. Sedangkan untuk reaksi landwehr perubahan warna menjadi kuning keruh dan reaksi diazol perubahan warna yang terjadi putih pekat menjadi putih keruh 
-          Saran
Saran untuk selalu hati-hati dalam bekerja di dalam laboratorium, dan selalu tekun agar tidak terjadi kesalahan . Dan selalu menerapkan protocol kesehatan dan keamanan di dalam laboratorium.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Flach, M. dan F. Rumawas, eds. 1996. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) No.9: Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Leyden, Blackhuys.
Harwati, CH Tri, 2009, Khasiat jahe bagi kesehatan tubuh manusia, Jurnal inovasi pertanianVol. 8. No.1.
Hasibuan, Malayu S.P. (2006). Jakarta: Bumi Aksar
Soewandhi, N, 2007, Pengaruh Milling Terhadap Laju Disolusi Campuran Metampiron-Fenilbutason (7:3), Majalah Ilmu KefarmasianVol. IV, No. 2, Agustus 2007, Hal. 2.
Wage, JR, L.G, 1995. Organic Chemistry Third Edition. Prentice-hall Inc., New Jersey


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJI PROTEIN PADA TAHU DAN PUTIH TELUR

    LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK “UJI PROTEIN PADA TAHU DAN PUTIH TELUR” DISUSUN OLEH : NAMA                                         : KI...