STERILISASI ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
NAMA : KISRA YOLANDA MAYASARI
NPM :
F0I020006
KELAS :
1B
NAMA DOSEN : SUCI RAHMAWATI, M.Farm, Apt
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dilaksanakan pratikum ini, yaitu:
1.
Untuk
mengetahui cara sterilisasi ala-alat di Laboratorium Mikrobiologi.
2.
Mengetahui
jenis-jenis sterilisasi.
3. Untuk mengetahui beberapa metode sterilisasi alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan mikrobiologis.
II. LANDASAN TEORI
Mikrobiologi merupakan cabang dari
biologi pada umumnya. Secara pengertian mikro biologi tidak jauh berbeda
dengan biologi itu sendiri, hanya sajakata ‘’mikro’’ yang melekat pada
mikrobiologi menimbulkan pengertian terhadaporganisme yang memiliki
ukuran kecil atau mikroskopi. Mikroba adalah jasadhidup yang
ukurannya kecil sering disebut mikroorganisme atau jasad renik.Pengertian alat
dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang harus diketahui dandikuasai
karena penting dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan mikrobiologiselanjutnya.
Obyek yang terbebas dari mikroba disebut dengan steril.
Sterilisasi sangat di utamakan baik
alat-alat yang siap pakai maupun medianya. Sterilisasi merupakan suatu usaha
untuk membebaskan alat-alat dan bahan- bahan dari segala macam
bentuk kehidupan, terutama mikroba, sehingga dalam
sterilisasi nanti alat-alat tidak terkon taminasi dengan pihak luar. Olehkarena
itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenal teknik
sterilisasi karena merupakan dasar-dasar kerja dalam laboratorium mikrobiologi.
Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam lab mikrobiologi. Dalam
melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agarsterilisasi dapat dilakukan
secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang mengkontaminasi
media.
Sterilisasi adalah proses untuk membunuh semua mikroorganisme yang
ada, dan jika ditumbuhkan pada medium tidak ada
mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh mikroorganisme yang paling
tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Sterilisasi adalah suatu proses yang
menghancurkan semua bentukkehidupan mikroba, termasuk
spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya
dapat berupa pemanasan, pemberian
zat kimia,radiasi, atau filtrasi (Gruendemann danFernsebner,
2006).
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang
dilakukan untuk mematikansemua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi
biasanya dikombinasidengan pengemasan hermetis untuk mencegah kontaminasi
ulang. Yang dimaksud pengemasan hermetis adalah
pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapatditembus oleh
mikroorganisme, air, ataupun udara (Purnawi jayanti, 2001).
Sterilisasi merupakan salah satu metode
menggunakan uap air pada suhu 211 derajat C selama beberapa waktu tertentu.
Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri patogen dan
spora bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya.
Metodesterilisasi yang paling umum dilakukan adalah menggunakan kaleng atau
kemasantetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011).
Sterilisasi
dalam pengertian medis merupakan suatu proses denganmetode tertentu dapat
memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yangtidak dapat ditunjukkan
lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasicukup banyak, namun
alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan sertakebutuhan setempat.
Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjagakualitas hasil sterilisasi.
Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus mengingat risiko
kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saatakan digunakan dalam
tindakan medis (Darmadi, 2008).
Cara - Cara
Sterilisasi Menurut FI.ed.IV.
1.
Sterilisasi uap
Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap
jenuh dibawah tekanan selama 15 menit pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain,
berlangsung di suatu bejana yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses
sterilisasi paling banyak dilakukan.
2. Sterilisasi panas
kering
Sterilisasi
cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang
dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana
sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi pada
suhu tidak kurang dari 250o
3. Sterilisasi gas
Bahan aktif
yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert,
tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat
mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang
disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.
Pemilihan
untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi
termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada
sterilisasi uap atau panas kering. Proses sterilisasinya berlangsung di dalam
bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf dengan modifikasi
tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas etilen
oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke
daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.
4.
Sterilisasi dengan
radiasi ion
Ada 2 jenis
radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop
(radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Digunakan isotop radio aktif,
misalnya Cobalt 60.
Pada kedua
jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan
harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan dosis minimum dan
maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan
pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam
beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis yang lebih rendah
untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir.
5.
Sterilisasi
dengan penyaringan
Sterilisasi
larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan
menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya
dapat dipisahkan secara fisika.
Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks
berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable.
Efektivitas penyaring media atau penyaring subtrat tergantung pada ukuran pori
matriks, daya adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme pengayakan.
Ada 2 cara untuk menyaring ,
yaitu :
1. Dengan tekanan positip : larutan dalam
penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih besar dari udara luar.
2. Dengan tekanan negatip : larutan dalam
penyaring diisap (penampung di vakumkan).
6.
Sterilisasi dengan
cara aseptic
Proses ini
untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril atau komponen yang melewati proses antara
yang mengakibatkan produk setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.
Cara sterilisasi dengan
menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadi cemaran/
kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.
Dengan pemanasan secara basah
Cir-ciri pemanasan
basah:
1)
Yang dipanaskan adalah
air menjadi uap air.
2)
Proses pembunuhan
mikroba berdasarkan koagulasi/ penggumpalan zat
putih telur dari mikroba
tersebut .
3)
Waktu yang diperlukan lebih singkat, kira-kira 30 menit.
4)
Suhu yang diperlukan
lebih rendah, maksimal 1160( dalam otoklaf ). Satu gram uap air 1000
5)
jika mengembun menjadi
air 1000 membebaskan 536 kalori.
6) Digunakan pada sediaan
injeksi dengan pembawa berair.
Contoh :
1)
Sterilisasi uap menurut FI.ed.IV.
Sterilisasi
cara ini menggunakan
suatu siklus autoklaf
yang ditetapkan dalam
farmakope untuk media atau
pereaksi adalah selama
15 menit pada
suhu 1210, kecuali
dinyatakan lain.
Alat :
Disebut otoklaf,
yaitu suatu panci logam yang
kuat dengan tutup yang berat, mempunyai
lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer,
pengatur tekanan udara,
klep pengaman.
Cara bekerja:
Otoklaf
dipanaskan, ventilasi dibuka
untuk membiarkan udara
keluar. Pengusiran udara pada
otoklaf berdinding dua,
uap air masuk
dari bagian atas
dan udara keluar
dari bagian bawah yang
dapat ditunjukkan pada
gelembung yang keluar
dari ujung pipa
karet dalam air. Setelah udara
bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup
otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai
dengan yang
dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil.
Setelah sterilisasi selesai,
otoklaf dibiarkan dingin
hingga tekanannya sama
dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding
dengan pemanasan basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.
Bahan / alat yang dapat disterilkan :
Alat pembalut,
kertas saring,
alat gelas ( buret, labu
ukur ) dan
banyak
obat-obat tertentu.
2)
Direbus dalam air mendidih.
Lama penyeterilan dihitung sejak air mulai mendidih. Spora tidak dapat mati
dengan cara
ini, penambahan bakterisida
(fenol 5 %
, lisol 2 -3
%) dapat mempersingkat
waktu
penyeterilan. Beberapa alat kedokteran dapat
disterilkan dengan cara ini.
3)
Tyndalisasi/Pasteurisasi.
Digunakan
pada bahan obat
yang tidak tahan
pemanasan tinggi dan
tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri ( emulsi,
suspensi ).
Caranya:
Panaskan pada suhu
700-800selama 40 –60 menit,
untuk mematikan mikroba
bentuk
vegetatifnya. Diamkan pada suhu 300selama 24 jam , untuk
membiarkan mikroba bentuk
spora berubah menjadi
bentuk vegetatif. Ulangi
pemanasan selama 3 –5
hari berturut-turut.
III.
ALAT DAN BAHAN
1.
Tabung reaksi
2.
Erlenmeyer
3.
Cawan petri
4.
Koran/ alumunium
foil
5.
Autoklaf
6.
Jarum ose
7.
Air
8.
Gelas ukur
(sedang)
IV.
PROSEDUR
PERCOBAAN
1.
Siapkan alat
yang ingin di steriisasikan.
2.
Cek dahulu
volume air dalam autoklaf, pastikan tinggi air pada batas yang ditentukan.
3.
Bungkus semua
alat yang ingin disterilisasikan dengan menggunakan koran atau alumunium foil,
usahakan jangan sampai masih ada celah udara yang masuk.
4.
Masukkan alat
yang telah dibungkus tadi ke dalam autoklaf.
5.
Tutup autoklaf
dengan rapat dan kencang agar uap tidak keluar.
6.
Nyalakan
autoklaf,lalu atur timer minimal 15 menit dengan suhu 120 derajat celcius
dengan tekanan 1 ATM.
7.
Tunggu air
sampai mendidih untuk menciptakan uap yang memenuhi kompartemen dan terdesak
keluar dari klep pengaman.
8.
Jika alarm
berbunyi,tandanya selesai tunggu tekanan dalam kompartemen turun sehingga
tekanannya sama dengan udara di lingkungan.
9.
Angkatlah alat
yang ada di dalam autoklaf, letakkan diatas meja yang telah disemprot dengan
alkohol.
10. Bukalah satu persatu alat yang dibungkus.jika alat
sterilisasi itu tidak terdapat uap air maka sterilisasi tersebut berhasil, lalu
alat tersebut siap digunakan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
GAMBAR |
KETERANGAN |
|
Alat sebelum disterilkan |
|
Alat setelah disterilkan |
b. Pembahasan
Salah satu
teknik sterilisasi yang umum digunakan adalah metode sterilisasi menggunakan
uap air panas bertekanan atau menggunakan prinsip kerja autoclave. Suhu dan
tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara
panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121o C dan tekanan 15
lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121o C atau
249,8 o F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan
15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air
mendidih pada suhu 100o C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di
ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu
121o C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium
terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting
ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya
tercapai suhu 121o C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati
jika dididihkan pada suhu 121o C dan tekanan 15 psi selama 15 menit (Anneke,
2011).
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan
spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri
lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan
alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Dalam semua kasus
bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat
disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat
keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah
pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel (Anneke, 2011).
Sterilisasi
adalahkomponen paling penting dari program pengontrolan infeksi karena dengan
sterilisasi dapat memusnahkan semua mikroorganisme termasuk spora (Cttone dkk,
1998). Salah satu spesies bakteri berspora yang dapat menyebabkan penyakit di
bidang Kedokteran Gigi adalah Clostridiumtetani. Bakteri ini termasuk basil
gram positif pembentuk spora yang mempunyai sifat tahan dalam air mendidih
selama 4 jam, obat antiseptic dan dapat tetap hidup berbulan-bulan bahkan
sampai tahunan (Rampengan dan Laurentz, 1992).
Mikroorganisme dapat dikendalikan yaitu dihambat
atau dimatikan dengan menggunakan berbagai proses. Salah satu metode paling
efektif untuk mematikan 3 mikroorganisme dengan menggunakan suhu tinggi. Ada 2
metode pengaplikasian suhu tinggi yang sering digunakan yaitu panas
lembab/basah dan panas kering. Panas lembab mematikan mikroorganisme jauh lebih
cepat dan efektif dibandingkan dengan panas kering. Diperlukan waktu 4 sampai
20 menit untuk mematikan spora Clostridium botulinum bila menggunakan panas
lembab suhu 120°C, sedangkan dengan panas kering pada suhu yang sama diperlukan
waktu 2 jam (Pelezar dan Chan, 1988).
Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang menggunakan
panas basah bertekanan. Cara sterilisasi ini sangat efektif karena menyediakan
suhu jauh diatas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan menghasilkan
kelembaban yang tinggi sehingga dapat membunuh bakteri berspora. Suhu
efektifnya adalah 121°C pada tekanan 5 kg/cm² dengan waktu standar 15 menit
(Rachdie, 2006).
Sebagai alat sterilisasi standar, autoklaf jarang
dimiliki (13,3%) oleh fasilitas pelayanan kesehatan sederhana (Puskesmas)
karena harganya mahal juga membutuhkan biaya operasional yang tinggi karena
membutuhkan listrik dengan daya yang besar, oleh karena itu perlu dicarikan
alternative alat pengganti dengan cara kerja yang sama. Panic tekan mempunyai
cara kerja yang hamper sama dengan autoklaf sebagai alat sterilisasi basah
bertekanan dengan keunggulan pada harga yang murah dan mudah diperoleh karena
banyak dijual di pasaran. Pemantauan efektifitas proses sterilisasi dapat
menggunakan indicator biologis. Indicator biologis harus memiliki karakteristik
: yaitu suatu organism dari golongan tertentu, mudah didapat, dipersiapkan
secara standar, lebih tahan/kebal terhadap sterilisasi dibandingkan bakteri
yang patogenterhadap manusia dan tidak pathogen. Salah satu bakteri bespora
yang digunakan sebagai indicator biologis adalah Basillus subtilis (Depkes,
2005).
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Dalam mensterilkan alat laboratorium terdapat enam metode
yaitu,sterilisasi dengan pemanasan secara kering,sterilisasi dengan pemanasan
secara basah,sterilisasi degan penambahan zat tertentu ,sterilisasi dengan
gas,sterilisasi dengan penyinaran,sterilisasi dengan memakai penyaring
bakteri.tetapi dalam praktikum ini praktikan mensterilisasikan dengan cara
panas kering.
2.
Hal yang harus diperhatikan dalam sterilisasi yaitu jenis
alat yang akandisterilisasikan terbuat dari bahan yang berbeda-beda. Karena
dalam sterilisasifisik harus memperhatikan ketahanan fisik peralatan terhadap
proses sterilisasiserta kebersihan pengguna alat mikrobiologi
B. Saran
Sebaiknya
dalam praktikum praktikan memegang alat laboratorium dengan hati – hati karena
jika alat pecah atau rusak praktikan
bisa terluka karena pecahan alat tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Anneke. 2011. Metode Sterilisasi
(http://rgmaisyah, wordpress.com/ metode us sterilisasi/). Diakses pada tanggal
09 desember 2013. Palu.
Black Sweet Heart. 2008, Pengenalan alat
(http:/wordpress.com/Pengenalan-alat/ Blacksweetranger's Blog.html). Diakses
pada tanggal 09 desember 2013. Palu.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi
Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor
Gruendemann, B.J., dan Fernsebner, B.
2006.Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Kedokteran EGC. Jakarta.
Purnawijayanti, H. A. 2001.Sanitasi,
Higine dan keselamatan kerja dalam pengolahan makanan. Kanisius.
Yogyakarta.
Yuyun, A., dan Gunaisa, D.
2011.Cerdas mengemas produk makanan & minuman. AgromediaPustaka. Jakarta.
Darmadi. 2008.Infeksi Nosokomial Problematika
dan Pengendaliannya.Salemba Medika. Jakarta.
Pruss, A. Girouil, E., dan Rushbrook, P.
2002. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar