Senin, 01 Maret 2021

STERILISASI ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

 

STERILISASI ALAT  LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

 

 

 

 



 

 

          NAMA                 : KISRA YOLANDA MAYASARI

NPM                    : F0I020006

KELAS                :  1B

NAMA DOSEN  : SUCI RAHMAWATI, M.Farm, Apt

 

 

 

 

 

 

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

I.     TUJUAN PRAKTIKUM

 Adapun tujuan dilaksanakan pratikum ini, yaitu:

1.        Untuk mengetahui cara sterilisasi ala-alat di Laboratorium Mikrobiologi.

2.        Mengetahui jenis-jenis sterilisasi.

3.        Untuk mengetahui beberapa metode sterilisasi alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan mikrobiologis.

II.     LANDASAN TEORI

Mikrobiologi merupakan cabang dari biologi pada umumnya. Secara pengertian mikro biologi tidak jauh berbeda dengan biologi itu sendiri, hanya sajakata ‘’mikro’’ yang melekat pada mikrobiologi menimbulkan pengertian terhadaporganisme yang memiliki ukuran kecil atau mikroskopi. Mikroba adalah jasadhidup yang ukurannya kecil sering disebut mikroorganisme atau jasad renik.Pengertian alat dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang harus diketahui dandikuasai karena penting dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan mikrobiologiselanjutnya. Obyek yang terbebas dari mikroba disebut dengan steril.

Sterilisasi sangat di utamakan baik alat-alat yang siap pakai maupun medianya. Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan- bahan dari segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba, sehingga dalam sterilisasi nanti alat-alat tidak terkon taminasi dengan pihak luar. Olehkarena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenal teknik sterilisasi karena merupakan dasar-dasar kerja dalam laboratorium mikrobiologi. Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam lab mikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agarsterilisasi dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang mengkontaminasi media.

Sterilisasi adalah proses untuk membunuh semua mikroorganisme yang ada, dan jika ditumbuhkan pada medium tidak ada mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh mikroorganisme yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). 

Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentukkehidupan mikroba, termasuk spora, pada permukaan benda  mati. Prosesnya dapat  berupa pemanasan, pemberian zat kimia,radiasi, atau filtrasi (Gruendemann danFernsebner, 2006).     

Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikansemua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasidengan pengemasan hermetis untuk mencegah kontaminasi ulang. Yang dimaksud pengemasan hermetis adalah pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapatditembus oleh mikroorganisme, air, ataupun udara (Purnawi jayanti, 2001).

       Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211 derajat C selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metodesterilisasi yang paling umum dilakukan adalah menggunakan kaleng atau kemasantetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011).

Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses denganmetode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yangtidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasicukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan sertakebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjagakualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saatakan digunakan dalam tindakan medis (Darmadi, 2008).

Cara - Cara Sterilisasi Menurut FI.ed.IV.

1.        Sterilisasi uap

Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama 15 menit pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan.

2.    Sterilisasi panas kering

Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250o

3.    Sterilisasi gas

Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.

Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas kering. Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.

4.        Sterilisasi dengan radiasi ion

Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Digunakan isotop radio aktif, misalnya Cobalt 60.

Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir.

5.        Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika.

Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable. Efektivitas penyaring media atau penyaring subtrat tergantung pada ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme pengayakan.

 

Ada 2 cara untuk menyaring , yaitu :

       1.  Dengan tekanan positip : larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih besar dari udara luar.

       2.  Dengan tekanan negatip : larutan dalam penyaring diisap (penampung di vakumkan).

6.        Sterilisasi dengan cara aseptic

Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril  atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya  bebas dari mikroba hidup.

Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadi cemaran/ kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.   

Dengan pemanasan secara basah

Cir-ciri pemanasan basah:

1)      Yang dipanaskan adalah air menjadi uap air.

2)      Proses pembunuhan mikroba berdasarkan koagulasi/ penggumpalan zat  putih telur dari     mikroba tersebut .

3)      Waktu yang diperlukan lebih singkat, kira-kira 30 menit.

4)      Suhu yang diperlukan lebih rendah, maksimal 1160( dalam otoklaf ). Satu gram uap air 1000

5)      jika mengembun menjadi air 1000 membebaskan  536 kalori.

6)      Digunakan pada sediaan injeksi dengan pembawa berair.

Contoh :

1)      Sterilisasi uap menurut FI.ed.IV.

Sterilisasi  cara  ini  menggunakan  suatu  siklus  autoklaf  yang  ditetapkan  dalam  farmakope untuk  media  atau  pereaksi  adalah  selama  15  menit  pada  suhu  1210,  kecuali  dinyatakan lain.

 Alat :

Disebut otoklaf,  yaitu suatu panci logam  yang kuat  dengan tutup  yang berat, mempunyai

lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer, pengatur tekanan udara,

klep pengaman.

Cara bekerja:

Otoklaf  dipanaskan,  ventilasi  dibuka  untuk  membiarkan  udara  keluar.  Pengusiran  udara pada  otoklaf  berdinding  dua,  uap  air  masuk  dari  bagian  atas  dan  udara  keluar  dari  bagian bawah  yang  dapat  ditunjukkan  pada  gelembung  yang  keluar  dari  ujung  pipa  karet  dalam air. Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan yang

dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil. Setelah  sterilisasi  selesai,  otoklaf  dibiarkan  dingin  hingga  tekanannya  sama  dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.

Bahan / alat yang dapat disterilkan :

Alat pembalut,

kertas saring,

alat gelas ( buret, labu ukur ) dan

banyak obat-obat tertentu.

2)        Direbus dalam air mendidih.

Lama penyeterilan dihitung sejak  air mulai mendidih. Spora tidak dapat mati dengan cara

ini,  penambahan  bakterisida  (fenol  5  %  ,  lisol  2 -3  %)  dapat  mempersingkat  waktu

penyeterilan. Beberapa alat kedokteran dapat disterilkan dengan cara ini.

3)        Tyndalisasi/Pasteurisasi.

Digunakan  pada  bahan  obat    yang  tidak  tahan  pemanasan  tinggi  dan  tidak  dapat  disaring dengan penyaring bakteri ( emulsi, suspensi ).

Caranya:

Panaskan  pada  suhu  700-800selama  40 –60  menit,  untuk  mematikan  mikroba  bentuk

vegetatifnya. Diamkan pada suhu 300selama 24 jam , untuk membiarkan mikroba bentuk

spora  berubah  menjadi  bentuk  vegetatif.  Ulangi  pemanasan  selama  3 –5  hari  berturut-turut.

III.     ALAT DAN BAHAN

1.         Tabung reaksi

2.         Erlenmeyer

3.         Cawan petri

4.         Koran/ alumunium foil

5.         Autoklaf

6.         Jarum ose

7.         Air

8.         Gelas ukur (sedang)

IV.     PROSEDUR PERCOBAAN

1.         Siapkan alat yang ingin di steriisasikan.

2.         Cek dahulu volume air dalam autoklaf, pastikan tinggi air pada batas yang ditentukan.

3.         Bungkus semua alat yang ingin disterilisasikan dengan menggunakan koran atau alumunium foil, usahakan jangan sampai masih ada celah udara yang masuk.

4.         Masukkan alat yang telah dibungkus tadi ke dalam autoklaf.

5.         Tutup autoklaf dengan rapat dan kencang agar uap tidak keluar.

6.         Nyalakan autoklaf,lalu atur timer minimal 15 menit dengan suhu 120 derajat celcius dengan tekanan 1 ATM.

7.         Tunggu air sampai mendidih untuk menciptakan uap yang memenuhi kompartemen dan terdesak keluar dari klep pengaman.

8.         Jika alarm berbunyi,tandanya selesai tunggu tekanan dalam kompartemen turun sehingga tekanannya sama dengan udara di lingkungan.

9.         Angkatlah alat yang ada di dalam autoklaf, letakkan diatas meja yang telah disemprot dengan alkohol.

10.     Bukalah satu persatu alat yang dibungkus.jika alat sterilisasi itu tidak terdapat uap air maka sterilisasi tersebut berhasil, lalu alat tersebut siap digunakan.

V.     HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil

                                  GAMBAR

   KETERANGAN

 

 

 

       


 

 

 

 

 

 

 

 

Alat sebelum disterilkan

 



 

 

 

 

 

 

 

Alat setelah disterilkan

 

 

 

 

 

 

 

 

b. Pembahasan

Salah satu teknik sterilisasi yang umum digunakan adalah metode sterilisasi menggunakan uap air panas bertekanan atau menggunakan prinsip kerja autoclave. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121o C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121o C atau 249,8 o F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100o C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121o C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl,  maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121o C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121o C dan tekanan 15 psi selama 15 menit (Anneke, 2011).

 

Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel (Anneke, 2011).

 Sterilisasi adalahkomponen paling penting dari program pengontrolan infeksi karena dengan sterilisasi dapat memusnahkan semua mikroorganisme termasuk spora (Cttone dkk, 1998). Salah satu spesies bakteri berspora yang dapat menyebabkan penyakit di bidang Kedokteran Gigi adalah Clostridiumtetani. Bakteri ini termasuk basil gram positif pembentuk spora yang mempunyai sifat tahan dalam air mendidih selama 4 jam, obat antiseptic dan dapat tetap hidup berbulan-bulan bahkan sampai tahunan (Rampengan dan Laurentz, 1992).

Mikroorganisme dapat dikendalikan yaitu dihambat atau dimatikan dengan menggunakan berbagai proses. Salah satu metode paling efektif untuk mematikan 3 mikroorganisme dengan menggunakan suhu tinggi. Ada 2 metode pengaplikasian suhu tinggi yang sering digunakan yaitu panas lembab/basah dan panas kering. Panas lembab mematikan mikroorganisme jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan panas kering. Diperlukan waktu 4 sampai 20 menit untuk mematikan spora Clostridium botulinum bila menggunakan panas lembab suhu 120°C, sedangkan dengan panas kering pada suhu yang sama diperlukan waktu 2 jam (Pelezar dan Chan, 1988).

Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang menggunakan panas basah bertekanan. Cara sterilisasi ini sangat efektif karena menyediakan suhu jauh diatas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan menghasilkan kelembaban yang tinggi sehingga dapat membunuh bakteri berspora. Suhu efektifnya adalah 121°C pada tekanan 5 kg/cm² dengan waktu standar 15 menit (Rachdie, 2006).

Sebagai alat sterilisasi standar, autoklaf jarang dimiliki (13,3%) oleh fasilitas pelayanan kesehatan sederhana (Puskesmas) karena harganya mahal juga membutuhkan biaya operasional yang tinggi karena membutuhkan listrik dengan daya yang besar, oleh karena itu perlu dicarikan alternative alat pengganti dengan cara kerja yang sama. Panic tekan mempunyai cara kerja yang hamper sama dengan autoklaf sebagai alat sterilisasi basah bertekanan dengan keunggulan pada harga yang murah dan mudah diperoleh karena banyak dijual di pasaran. Pemantauan efektifitas proses sterilisasi dapat menggunakan indicator biologis. Indicator biologis harus memiliki karakteristik : yaitu suatu organism dari golongan tertentu, mudah didapat, dipersiapkan secara standar, lebih tahan/kebal terhadap sterilisasi dibandingkan bakteri yang patogenterhadap manusia dan tidak pathogen. Salah satu bakteri bespora yang digunakan sebagai indicator biologis adalah Basillus subtilis (Depkes, 2005).

 


 

VI.     KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan  

1.        Dalam mensterilkan alat laboratorium terdapat enam metode yaitu,sterilisasi dengan pemanasan secara kering,sterilisasi dengan pemanasan secara basah,sterilisasi degan penambahan zat tertentu ,sterilisasi dengan gas,sterilisasi dengan penyinaran,sterilisasi dengan memakai penyaring bakteri.tetapi dalam praktikum ini praktikan mensterilisasikan dengan cara panas kering.

2.        Hal yang harus diperhatikan dalam sterilisasi yaitu jenis alat yang akandisterilisasikan terbuat dari bahan yang berbeda-beda. Karena dalam sterilisasifisik harus memperhatikan ketahanan fisik peralatan terhadap proses sterilisasiserta kebersihan pengguna alat mikrobiologi


B.       Saran

Sebaiknya dalam praktikum praktikan memegang alat laboratorium dengan hati – hati karena jika alat pecah  atau rusak praktikan bisa terluka karena pecahan alat tersebut.

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Anneke. 2011. Metode Sterilisasi (http://rgmaisyah, wordpress.com/ metode us sterilisasi/). Diakses pada tanggal 09 desember 2013. Palu.

Black Sweet Heart. 2008, Pengenalan alat (http:/wordpress.com/Pengenalan-alat/ Blacksweetranger's Blog.html). Diakses pada tanggal 09 desember 2013. Palu.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor

Gruendemann, B.J., dan Fernsebner, B. 2006.Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Kedokteran EGC. Jakarta.

Purnawijayanti, H. A. 2001.Sanitasi, Higine dan keselamatan kerja dalam pengolahan makanan. Kanisius. Yogyakarta.

Yuyun, A., dan Gunaisa, D. 2011.Cerdas mengemas produk makanan & minuman. AgromediaPustaka. Jakarta.

Darmadi. 2008.Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Salemba Medika. Jakarta.

Pruss, A. Girouil, E., dan Rushbrook, P. 2002. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJI PROTEIN PADA TAHU DAN PUTIH TELUR

    LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK “UJI PROTEIN PADA TAHU DAN PUTIH TELUR” DISUSUN OLEH : NAMA                                         : KI...