LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI
“PEWARNAAN BAKTERI”
NAMA :
KISRA YOLANDA MAYASARI
NPM : F0I020006
KELAS : 1B
NAMA DOSEN :
SUCI RAHMAWATI, M.Farm, Apt
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun
tujuan dilaksanakan pratikum ini, yaitu
1.
Untuk mengamatidan mengidentifikasi bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif.
2.
Untuk mengetahui
cara pewarnaan bakteri.
3.
Untuk mengetahui
macam-macam teknik pewarnaan bakteri.
LANDASAN TEORI
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat),
coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi
beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil,
dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus,
sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah
melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat
sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat
kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan
sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro.1998).
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion
antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka
dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan
yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan
dasar yang berlaku (Lay.1994)
Macam-macam
teknik pewarnaan bakteri:
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat
dikategorikan sebagai berikut :
A. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana ini merupakan pewarnaan yang paling
sering digunakan untuk mengetahui warna bakteri. Berbagai macam tipe morfologi
bakteri dapat dibedakan dengan menggunakan pewarnaan yang sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya dengan menggunakan satu macam zat warna saja.
Kebanyakan bakteri akan mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana. Ini
disebabkan karena sitoplasmanya bersifat basofilik atau suka akan basa.
Sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana, biasanya
memiliki sifat alkalin atau komponen kromoforiknya bermuatan positif.
Menurut (Dwidjoseputro, 1994) Pewarnaan sederhana ini
dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan, antara lain:
1. Pewarnaan Asam
Pewarnaan asam ini merupakan pewarnaan yang menggunakan
satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat
warna yang dipakai dalam pewarnaan positif ini adalah metilen biru dan air
fuchsin (Dwidjoseputro, 1994).
2. Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau pewarnaan negatif adalah metode
pewarnaan untuk mewarnai bakteri namun mewarnai latar belakangnya menjadi hitam
gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme akan kelihatan transparan. Teknik
pewarnaan basa ini memiliki kegunaan untuk menentukan morfologi dan ukuran sel.
Di dalam melakukan metode pewarnaan ini menggunakan tinta cina (Dwidjoseputro,
1994).
B. Pewarnaan Differensial
Dibagi Pewarnaan Gram Dan Pewarnaan Tahan Asam. Pewarnaan
differensial merupakan pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat
warna seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai
berikut:
1.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi
dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, pengelompokkan ini
didasarkan pada sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode pewarnaan ini
diberi nama berdasarkan penemunya, Denmark Hans Christian Gram (1853–1938). Dia
yang mengembangkan teknik ini
pada tahun 1884
untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
2.
Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini merupakan pewarnaan yang ditujukan untuk
bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkannya
sukar menyerap zat warna.Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa
keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. Cara
Ziehl-Neelsen adalah cara pewarnaan tahan asam paling banyak digunakan.
(Anonymous,2009)
C.Pewarnaan Spora
Spora bakteri atau endospora tidak dapat diwarnai dengan
teknik pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein
merupakan pewarnaan spora yang paling banyak dan sering digunakan.
Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk
pewarnaan endspora, perlu dilakukan pemanasan agar cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya
pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana
cat carbol fuschsin
harus dipanaskan untuk bisa menembus
lapisan lilin asam mycolic dari
Mycobacterium .
D. Pewarnaan Flagel
Pewarnaan flagel ini merupakan pewarnaan dengan memberi
suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk
presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
E.
Pewarnaan Kapsul
Pewarnaan ini merupakan pewarnaan menggunakan larutan
Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan
warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat
melarutkan kapsul. Garam tembaga juga bisa memberi warna pada latar belakang,
yakni berwana biru gelap.
·
Pewarnaan untuk melihat komponen lain dan bakteri:
·
pewarnaan Neisser (granula volutin),
·
pewarnaan yodium (granula glikogen).
·
Pewarnaan negatif
Metode ini bukanlah untuk mewarnai bakteri, namun untuk
mewarnai latar belakang bakteri tersebut menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan
ini mikroorganisme akan terlihat transparan (tembus pandang). Teknik ini
pewarnaan ini sangat berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada
pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan
bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang
sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini
menggunakan cat nigrosin atau sering disebut juga dengan tinta cina.
Pewarnaan negatif ini dalam prosesnya memerlukan pewarna
asam seperti eosin atau negrosin. Karena negative charge pada permukaan
bakteri, Pewarna asam tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel.
ALAT DAN BAHAN
1. Beaker Glass
2. Pinset
3. Object Glass dan Cover Glass
4. Jarum Ose
5. Bunsen
6. Mikroskop
7. Bakteri Staphylococcus Aureus
8. Bakteri Tanah
9. Methylen Blue
10. Lugol
11. Gentian Violet
12. Safranin
13. Immersion oil
14. Alkohol 96%
15. Aquades
PROSEDUR PERCOBAAN
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan di Praktikkan.
2.
Sterilisasi jarum ose diatas bunsen, lalu ambil bakteri
biakkan dengan jarum ose letakkan di object glass.
3.
Setiap sesudah mengambil bekteri biakkan dengan jarum ose
bakar lagi jarum ose diatas bunsen agar tidak terkontaminasi.
4.
Setelah itulakukan difaksi diatas api agar pewarnaanya
lebih melekat.
5.
Lalu tetesi bakteri dengan Gentilan Violet dan tunggu
selama 5 menit.
6.
Kemudian tambahkan lugol untuk mempertegas warna ungu
pada bakteri tunggu selama 1 menit, Lalu
bilas dengan Air.
7.
Lalu di bilas lagi dengan Alkohol untuk melihat bakteri
gram positif dan gram negatif. Jika negatif warnanya akan luntur.
8.
Tetesi Samfranin 1-2 tetes. Jika negatif maka akan
menyerap Samfranin, jika positif tetap mempertahankan warna Gentilen Violet
lalu tunggu sampai 2 menit.
9.
Setelah itu bilas dengan air dan lap dengan tissue.
10.
Tetesi Immersial oil pada object glass lalu tutup dengan
Cover Glass.
11.
Kemudian amati Bakteri menggunakan Mikroskop dengan
perbesaran 40
HASIL DAN PEMBAHASAN
·
HASIL
GAMBAR |
KETERANGAN |
|
Hasil pengamatan
bakteri Staphyllpcoccus dengan pewarnaan sederhana dengan Methylen Blue. |
|
Hasil pengamatan
Bakteri Tanah. |
|
Hasil pengamatan
Bakteri Staphyllococcus dengan pewarnaan gram. |
|
Hasil pengamatan
pada Bakteri tanah. |
·
PEMBAHASAN
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan
satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan
untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya .Pewarnaan ini dapat menggunakan
pewarnaan basa pada umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol
, fuchsin , dan safranin (lay ,1994).
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang
paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis
zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarnaan pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik
(suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk
dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk
pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang
mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. Namun
dalam praktikum ini jenis pewarna yang dipakai hanya pewarna Kristal violet
saja. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif). Tujuan pengecatan sederhana ini adalah untuk melihat bentuk
sel.
Pada pewarnaan sederhana bakteri Bacillus zat pewarna
yang digunakan adalah kristal violet. Biakan murni diambil dari tabung reaksi
secara aseptik dan diletakkan langsung pada objek glass kemudian difiksasi agar
protein bakteri terkoagulasi serta dapat menempel pada objek glass dan tidak
ikut tercuci sewaktu dibilas dengan akuades. Hal yang dilakukan selanjutnya
adalah mengamati dalam mikroskop. Dari pengamatan mikroskopis diperoleh sel
bakteri berukuran sangat kecil, berbentuk batang (bacil), dan susunan
bakterinya adalah berantai dengan warna biru.
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk
mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan
mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di
bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat warna crystal
violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna air fucsin
atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan
oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan
dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan
iodine (Lay.1994).
KESIMPULAN DAN SARAN
·
KESIMPULAN
Pewarnaan bakteri dipengaruhi
faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
Perbedaan pada garam negatif dan
gram positif terletak pada warnanya pada gram positif berwarna ungu kareana
dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada
dinding selnya.
Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan
differensial,pewarnaan spora dan perwarnaan kapsul.
Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan antara lain :
alkohol, carbol fuchsin, crystal violet, nigrosin, malachite green, lugol’s
iodida, dan safranin.
·
SARAN
1. Sebaiknya pada
praktikum dilakukan percobaab yang lain seperti pewarnaan kapsul, basil tahan
asam, dan perwarnaan fulton, diharapkan dengan mempelajari berbagai macam
metode pewarnaan lebih banyak mengenai tentang proses dan metode pewarnaan.
2.
Diharapkan semua praktikan dalam
praktikum pembuatan media lebih memperhatikan arahan dari asisten
sehingga pada saat praktikumtidak terjadi kesalahan
3. praktikan memegang alat laboratorium dengan
hati – hati karena jika alat pecah
praktikan bisa terluka karena pecahan alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D.1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang : Djambatan
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali
Simarmata, Diana. 2013. Laporan Pewarnaan Gram dan Pewarnaan.
Sutedjo,M,M. , Kartasapoetra, A, G. ,Sastroatmodjo, S.Mikrobiologi
Tanah,1996. PT. Rhineka Cipta,Jakarta
Tarigan, J., 1988,Pengantar Mikrobiologi mum.Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.